Vitamin B7, yang lebih dikenal sebagai biotin, merupakan nutrisi larut air yang memiliki peran krusial dalam mendukung kesehatan rambut, kulit, dan kuku, sekaligus menunjang proses metabolisme tubuh. Biotin berfungsi sebagai kofaktor penting bagi enzim karboksilase, yang memfasilitasi pemecahan lemak, karbohidrat, dan protein untuk menghasilkan energi. Meskipun suplemen biotin sering dipromosikan untuk memperindah penampilan, defisiensi biotin sejati adalah kondisi yang sangat jarang ditemui, kecuali pada individu dengan faktor risiko spesifik. Namun, ketika terjadi, dampaknya dapat sangat mengganggu, memengaruhi tidak hanya penampilan fisik tetapi juga fungsi neurologis.
Ketidakseimbangan kadar biotin dapat menghambat metabolisme nutrisi esensial, memicu gejala yang berkembang secara perlahan namun nyata. Rambut yang menipis atau rontok sering menjadi keluhan awal, diikuti oleh munculnya ruam merah bersisik di sekitar wajah, khususnya di area mata, hidung, dan mulut. Kuku yang rapuh dan mudah patah juga menjadi tanda khas. Dalam kasus yang lebih berat, gangguan neurologis seperti perasaan murung, kelelahan ekstrem, halusinasi, hingga sensasi kesemutan di anggota tubuh dapat muncul, menegaskan peran vital biotin dalam menjaga kesehatan saraf dan jaringan tubuh.
Salah satu penyebab utama defisiensi biotin adalah kelainan genetik yang disebut defisiensi biotinidase, yang menghambat tubuh dalam mendaur ulang biotin secara efisien. Untungnya, program skrining bayi baru lahir di banyak negara memungkinkan deteksi dini kondisi ini, memudahkan intervensi dengan suplemen biotin. Faktor risiko lainnya mencakup kebiasaan mengonsumsi putih telur mentah dalam jumlah besar, karena avidin di dalamnya mengikat biotin dan menghalangi penyerapannya di saluran cerna. Obat-obatan seperti antibiotik jangka panjang atau antikonvulsan, seperti phenytoin, juga dapat menekan kadar biotin dengan mengganggu flora usus atau mempercepat pemecahan vitamin. Selain itu, penyalahgunaan alkohol kronis serta gangguan pencernaan, seperti penyakit Crohn, dapat memperburuk penyerapan biotin, meningkatkan risiko defisiensi.
Mendiagnosis kekurangan biotin biasanya bergantung pada pengamatan gejala klinis, mengingat pengujian kadar biotin dalam darah sering kali tidak cukup akurat. Penanganan kondisi ini relatif mudah, yaitu dengan pemberian suplemen biotin oral. Jika dilakukan secara konsisten dan pada tahap awal, pengobatan ini dapat memulihkan gejala secara signifikan, terutama pada kasus yang terkait dengan faktor genetik. Namun, penting untuk diingat bahwa suplementasi biotin tidak akan efektif untuk masalah rambut atau kulit yang tidak disebabkan oleh defisiensi biotin, seperti kerontokan akibat stres atau ketidakseimbangan hormon.
Defisiensi biotin, walaupun tergolong langka, dapat memicu berbagai gejala yang merugikan baik secara fisik maupun psikologis, mengganggu keseimbangan tubuh secara keseluruhan. Salah satu indikasi awal adalah penipisan rambut, yang sering kali membuat helai rambut tampak rapuh dan mudah rontok, mengurangi kepercayaan diri. Selain itu, rambut dapat kehilangan kilau dan warnanya memudar, tampak kusam seolah kekurangan vitalitas. Pada kulit, muncul ruam kemerahan yang bersisik, terutama di sekitar mata, hidung, dan mulut, yang kerap disertai sensasi gatal atau ketidaknyamanan yang mengganggu penampilan dan kenyamanan. Lebih jauh, kekurangan biotin dapat memengaruhi sistem saraf, menghasilkan sensasi kesemutan atau geli di tangan dan kaki, mirip dengan aliran listrik ringan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala ini dapat meningkat menjadi gangguan neurologis yang lebih serius, seperti depresi, yang ditandai dengan suasana hati yang muram, kehilangan semangat, dan ketidakstabilan emosi yang berkepanjangan.
Dalam kasus yang jarang namun parah, defisiensi biotin bahkan dapat memicu halusinasi, di mana penderita mengalami persepsi visual atau auditori yang tidak nyata, mengacaukan keseimbangan mental mereka. Gejala-gejala ini sering berkembang perlahan, sehingga tidak selalu langsung dihubungkan dengan kekurangan biotin, terutama tanpa faktor risiko yang jelas seperti gangguan penyerapan nutrisi atau penggunaan obat antikonvulsan. Konsultasi dengan tenaga medis sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab dan memulai pengobatan, biasanya dengan suplemen biotin oral. Dengan penanganan yang tepat dan dini, gejala ini dapat dipulihkan, memungkinkan rambut, kulit, dan fungsi saraf kembali sehat, serta mengembalikan kesejahteraan secara menyeluruh.